
Nelayan pesisir utara Tangerang mengungkapkan bahwa pemagaran laut di pantai utara (Pantura) yang melibatkan 16 desa di 6 wilayah kecamatan di Kabupaten Tangerang dilakukan oleh masyarakat setempat atas perintah dan bayaran dari pemilik modal.
RD, seorang nelayan setempat, menjelaskan bahwa pemagaran ini dimulai sejak Juni/Juli 2024, mencakup wilayah perairan dari Desa Kohod hingga meluas ke Kecamatan lain seperti Sukadiri, Mauk, Teluknaga, dan Kronjo. Di Desa Karang Serang, pemagaran bahkan mencapai pantai Sangrila yang sering menjadi tujuan wisata warga lokal dan Jabodetabek.
RD menegaskan bahwa pekerjaan ini dilakukan oleh warga setempat dengan bayaran harian antara Rp100.000 hingga Rp110.000. Ia juga memastikan bahwa aparat pemerintah desa mengetahui pemagaran ini, namun tampaknya berpihak pada pemilik modal.
Meski demikian, tujuan pemagaran ini belum jelas bagi para nelayan. RD menduga pagar tersebut hanya sebagai tanda penguasaan lahan, meskipun nelayan masih bisa melintas karena pagarnya tidak rapat.
Sementara pantauan di lokasi memperlihatkan, garis pesisir pantai yang dipagari dengan menggunakan struktur bambu dan jaring itu dibangun linear dan terputus-putus. Beberapa nelayan utamanya dengan kapal-kapal jaring kecil memang mesti mencari alur laut yang tidak dipagari ketika ingin keluar mencari ikan atau berlabuh ke tepian pantai.
Beberapa pagar bambu yang terpasang di sepanjang 30,16 KM di perairan utara Tangerang itu terlihat rapuh. Bagian bawah bambu dipenuhi lumut dengan beberapa alas anyaman bambu dan tali jaring yang sudah sobek dan rentan roboh.
Kondisi ini sangat kontras dengan pernyataan dari kelompok nelayan jaringan rakyat pantura (JRP) yang mengungkapkan bahwa tanggul laut, yang kini viral dengan sebutan pagar laut, yang terletak di pesisir utara Tangerang, dibangun secara mandiri oleh masyarakat setempat.
Mereka menjelaskan bahwa tujuan utama pembangunan tanggul sepanjang 30,16 kilometer ini adalah untuk memecah ombak, mencegah abrasi, serta melakukan mitigasi terhadap ancaman Megathrust dan tsunami.
“Tanggul ini merupakan hasil inisiatif swadaya dari masyarakat setempat,” kata Tarsin, perwakilan nelayan, saat berbicara kepada wartawan di Pantai Karang Serang, Sukadiri, Kabupaten Tangerang, pada Jumat (10/1).
“Masa bambu-bambu kecil gitu bisa mecah ombak. Kan bisa dilihat sekarang juga kalau mau dirobohin itu pagar engga susah,” kata RD.
Sumber Berita : https://thegazettengr.com
Tinggalkan Balasan