Thailand kembali dihadapkan pada krisis polusi udara yang membahayakan kesehatan masyarakat. Pada Kamis pagi, 23 Januari 2025, tingkat polusi di 44 dari 77 provinsi dilaporkan berada pada level merah, menunjukkan kualitas udara yang berbahaya. Bahkan, di wilayah ibu kota Bangkok, partikel halus PM2.5 mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, memaksa warga dan wisatawan untuk membatasi aktivitas luar ruangan serta mengenakan masker pelindung.

Imbauan Pemerintah dan Dampak Polusi di Bangkok
Pemerintah Kota Bangkok (BMA) telah mengimbau perusahaan swasta dan lembaga pemerintah untuk memberlakukan kebijakan kerja dari rumah hingga Jumat, 24 Januari 2025. Hal ini dilakukan sebagai langkah menekan jumlah kendaraan di jalan, yang menjadi salah satu penyebab utama emisi PM2.5.

Juru bicara BMA, Aekvarunyoo Amrapala, menjelaskan, “BMA ingin memperpanjang periode bekerja dari rumah hingga Jumat, sehingga lebih sedikit mobil yang keluar di jalan.” Ia juga meminta warga, terutama ibu hamil, lansia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu, untuk tetap berada di dalam rumah. Bagi mereka yang harus bepergian, penggunaan masker yang mampu menyaring partikel PM2.5 sangat disarankan.

Masyarakat Bangkok diminta untuk memantau kualitas udara melalui aplikasi AirBKK atau situs resmi www.airbkk.com. Sebagai informasi, pada awal pekan, seluruh 50 distrik di Bangkok mencatat level polusi udara pada kategori “oranye,” yang menandakan risiko kesehatan.

Tingkat Polusi di Provinsi Lain

Pada Kamis pagi, Badan Pengembangan Teknologi Geoinformatika dan Antariksa (Gistda) melaporkan bahwa 44 provinsi mencatat kualitas udara pada level merah, sementara 27 lainnya berada di level oranye. Tingkat PM2.5 tertinggi selama 24 jam terakhir tercatat di Provinsi Saraburi dengan 139,6 mikrogram per meter kubik (µg/m³), jauh melampaui ambang batas aman 37,5 µg/m³.

Beberapa wilayah lain yang mencatat angka PM2.5 tinggi adalah:

Lop Buri: 127,7 µg/m³

Chai Nat: 127 µg/m³

Bangkok: 100,7 µg/m³

Phetchaburi: 100,2 µg/m³

Sebaliknya, hanya enam provinsi, seperti Mae Hong Son dan Chiang Mai, yang mencatat kualitas udara sedang hingga baik. Mae Hong Son menjadi provinsi dengan kualitas udara terbaik, dengan tingkat PM2.5 sebesar 17,8 µg/m³.

Dampak pada Pariwisata

Polusi udara di Thailand tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada sektor pariwisata. Kota Chiang Mai, salah satu destinasi wisata utama di Thailand, tercatat berada pada level merah selama beberapa pekan terakhir. Situasi ini memicu kekhawatiran akan menurunnya jumlah wisatawan, terutama di tengah pemulihan pascapandemi COVID-19.

Gary Bowerman, seorang analis perjalanan, menjelaskan, “Kualitas udara yang beracun di Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja, dan sebagian Vietnam yang disebabkan pembakaran lahan pertanian merupakan keprihatinan nyata bagi industri pariwisata.”

Ia menambahkan, “Musim asap dimulai cukup awal dan pasti menyebabkan pembatalan pemesanan. Ini kemungkinan berdampak pada perayaan Songkran dan merugikan industri pariwisata yang mulai pulih.”

Festival Songkran, yang biasanya menjadi daya tarik utama pada April, juga diramalkan akan terganggu oleh polusi udara. Aktivitas pembakaran ladang oleh petani untuk persiapan panen menjadi salah satu penyebab utama buruknya kualitas udara di wilayah utara Thailand.

Sumber Berita : https://thegazettengr.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *