
Pada 30 Desember 2024, Pesawat Jeju Air yang mengangkut 181 orang mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan. Dari insiden tersebut, hanya dua pramugari yang berhasil selamat. Pesawat yang berangkat dari Thailand menuju Korea Selatan ini membawa 175 penumpang dan enam awak kabin.
Menurut penjelasan otoritas setempat, kecelakaan ini disebabkan serangan burung, atau dikenal dengan istilah bird strike. Lalu, apa sebenarnya bird strike? Istilah ini merujuk pada peristiwa di mana burung bertabrakan dengan pesawat yang sedang terbang, baik saat lepas landas maupun mendarat.
dan hanya mencakup sekitar 5 persen dari total insiden. Meskipun demikian, tabrakan dengan burung besar dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada pesawat.
Upaya Pencegahan
Untuk mengurangi risiko bird strike, bandara dan maskapai penerbangan telah menerapkan berbagai strategi. Ini termasuk penggunaan teknologi radar untuk mendeteksi kawanan burung, penggunaan suara atau cahaya untuk mengusir burung, dan manajemen lingkungan sekitar bandara untuk membuatnya kurang menarik bagi burung.
Selain itu, desain pesawat juga terus ditingkatkan untuk meminimalkan dampak jika terjadi bird strike. Pengujian intensif dilakukan untuk memastikan mesin pesawat mampu menahan tabrakan dengan burung tanpa kehilangan daya dorong yang signifikan.
Kerja sama internasional juga diperlukan untuk berbagi informasi dan strategi dalam menangani bird strike, mengingat banyak burung yang bermigrasi melintasi batas negara. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan insiden bird strike dapat diminimalisir, sehingga meningkatkan keselamatan penerbangan secara keseluruhan.

Sumber Berita : https://thegazettengr.com
Tinggalkan Balasan