
Seorang bos rental mobil tewas ditembak di rest area KM45 Tol Tangerang-Merak, Rabu pagi (2/1), saat mengejar pencurian mobil rentalnya. Korban sebelumnya telah melaporkan kejadian ini ke polisi, namun laporan tersebut tidak ditindaklanjuti, sehingga korban memutuskan untuk bertindak sendiri.
Pengamat Kepolisian dari ISESS, Bambang Rukminto, menyatakan bahwa kejadian tewasnya pemilik rental mobil bukanlah yang pertama kali terjadi. Kasus serupa pernah terjadi pada Juni 2024, di mana seorang bos rental dari Jakarta tewas di Pati, Jawa Tengah, saat mencoba mengambil mobilnya yang tidak dikembalikan oleh penyewa.
Menurut Bambang, peristiwa ini menunjukkan rendahnya responsivitas dan responsibilitas polisi terhadap pengaduan masyarakat. Akibatnya, masyarakat yang berusaha melaporkan dan mengejar sendiri pelaku kejahatan menjadi korban tanpa perlindungan dari pihak berwenang.
Selain itu, Bambang juga menyoroti meningkatnya peredaran senjata api ilegal yang semakin membahayakan masyarakat, yang seharusnya berada di bawah pengawasan ketat kepolisian.
Polisi Sibuk Urus Urusan Lain

Bambang menyoroti kinerja Korps Bhayangkara yang justru sibuk dengan kegiatan lain yang bukan tugasnya. Sehingga, abai hingga teledor dengan laporan masyarakat.
“Indikasinya, kepolisian disibukkan dalam tugas ketahanan pangan yang merupakan ranah kementerian pertanian,” ujar Bambang.
“Belum lagi penempatan perwira di luar struktur yang mengakibatkan personel juga tidak fokus membangun kepolisian yang profesional melainkan mengejar jabatan di luar struktur yang tidak ada kaitannya dengan tupoksi bahkan memunculkan konflik kepentingan,” tambahnya.
Bambang meminta agar polisi fokus pada tupoksinya, dan meningkatkan responsibilitas dalam pelayanan, pengayoman dan perlindungan publik. Selain itu juga segera melakukan evaluasi pada personel yang mengabaikan aduan masyarakat.
“Sebagai pembina keamanan industri yang merupakan ranah Baharkam (Korbinmas, Korlantas dan KorShabara), kepolisian abai melakukan pembinaan pengamanan industri (rest area) maupun tol, sehingga membuka peluang kejahatan di area tersebut,” jelasnya.
Bambang juga melihat aneh, pembelaan yang dilakukan Kapolsek Cinangka Polres Cilegon AKP Asep Iwan Kurniawan. Di polsek itulah, korban melapor kejadian pencurian mobil, tapi tak digubris.
“Semua korban sudah pernah melapor pada kepolisian. Respon yang lambat mengakibatkan munculnya korban jiwa. Pernyataan kepolisian seringkali hanya persoalan normatif prosedural, terkait birokrasi dan administrasi,” tegas Bambang.
“Padahal kecepatan atau daya tanggap pelayanan sangat penting untuk melindungi dan mengayomi masyarakat agar tidak menjadi korban kejahatan 2 kali. Hal itu menunjukkan responsibilitas kepolisian yang juga lemah,” pungkasnya.
Kronologi Pengejaran

Rizky Agam (24), anak mendiang IAR (48), bos rental yang tewas tertembak di KM45 Tol Tangerang-Merak, mengaku tegar dengan musibah yang dialami keluarganya.
Dia berharap pelaku penembakan dan penggelapan mobil rental Honda Brio miliknya dapat segera ditangkap dan mendapat ganjaran setimpal.
“Saya bersama ayah, abang Agam dan 4 pegawai rental mengejar mobil kami yang terindikasi tidak benar. Semula tanggal 1 Januari, sekitar jam 11 malam abang mendapat informasi bahwa dua GPS kami diputus dan ini terindikasi tidak benar,” ujar Rizky Agam di rumahnya kawasan Taman Raya Rajeg, Blok i5, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (3/1).
Rizky menerangkan Honda Brio dengan pelat nomor B 2696 KZO itu semula disewa oleh pria atas nama Ajad Sudrajat, warga Tangerang dengan keperluan mengantar mertua ke wilayah Sukabumi, Jawa Barat.
“Awal sewa kita pasti ada SOP, ditanyakan keperluan mengaku jemput mertua di Sukabumi dengan estimasi 3 hari sewa mulai tanggal 31 Desember,” ujarnya.
Selanjutnya, korban IAR bersama anak-anak dan pegawainya menepikan Honda Brio yang ternyata telah berpindah tangan dari penyewa Ajat Sudrajat ke orang yang tidak dikenali.
“Di Saketi kami papasan dengan Brio yang sedang jalan dan mepet untuk menepikan mobil. Tim dan ayah turun untuk menanyakan mobil dapat dari mana, tapi si pembawa mobil tidak jawab dan langsung menodongkan pistol ke ayah kami dan ternyata ada mobil Sigra Hitam yang turut mengawal, mobil Sigra ini menabrakkan ke tim kami, satu anak buah ayah ditabrak sampai terjatuh dan terseret dan langsung mereka kabur,” ujar Rizky.
Setelah itu, Rizki, Agam, dan almarhum IAR bersama 4 pegawai rental terus membuntuti kedua mobil yang menuju ke Jalan Raya Anyer-Carita.
Menyadari pelaku yang membawa mobil Brio miliknya bersenjata api, IAR mengatur strategi agar pengejaran tidak terdeteksi. Jarak kendaraan dikendalikan agar tetap 10 kilometer dari Honda Brio yang diincar.
“Karena mobil itu terpantau berhenti selama 20 menit, kami akhirnya mendatangi Polsek Cinangka untuk meminta pendampingan. Namun Polsek enggan atau keberatan karena mereka mengira kami dari leasing, padahal sudah kami jelaskan bahwa kami adalah pemilik rental dengan bukti surat-surat resmi seperti BPKB, STNK, dan kunci serep, bahkan hingga petugas piket menelepon Kapolsek, tetapi petugas menyuruh kami mengambil sendiri dan membawa Brio ke Polsek. Akhirnya kami menuju Cilegon,” katanya.
Karena tidak mendapatkan pendampingan polisi dan mobil Brio mengarah ke Jalan Raya Ciater-Carita, IAR akhirnya menghubungi sesama pengusaha rental untuk mencegat mobil di wilayah Bakauheni, Lampung.
Sumber Berita : https://thegazettengr.com
Tinggalkan Balasan