Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus berkembang pesat, menghadirkan tantangan baru bagi manusia. Peneliti baru-baru ini memperingatkan bahwa AI telah melampaui “garis merah” dengan kemampuan barunya untuk mereplikasi diri.

Mengutip Indy100, Senin (27/1), dalam studi yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Fudan, Tiongkok, ditemukan bahwa dua model bahasa pembelajaran (LLM) ternama, Meta dan Alibaba, mampu menciptakan replika diri mereka sendiri. Eksperimen ini dilakukan melalui 10 uji coba, menunjukkan tingkat keberhasilan 50% untuk Meta dan 90% untuk Alibaba.

Para peneliti menegaskan bahwa keberhasilan ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi untuk menjadi tidak terkendali tanpa intervensi manusia. Dalam laporan yang diterbitkan di arXiv, mereka menyebut kemampuan mereplikasi diri ini sebagai sinyal awal dari potensi “AI rogue” atau AI yang tidak terkendali.

Peringatan Bagi Dunia Teknologi

Menurut tim peneliti, kemampuan AI untuk mereplikasi diri tanpa bantuan manusia merupakan langkah awal bagi AI untuk melampaui kemampuan manusia. Mereka berharap temuan ini dapat menjadi peringatan dini untuk segera mengembangkan regulasi dan pengamanan terhadap teknologi AI tingkat lanjut.

“Kemampuan ini menjadi tanda bahaya penting untuk memahami risiko yang mungkin timbul dari sistem AI canggih dan membangun kolaborasi internasional dalam menciptakan pengamanan yang efektif,” tulis mereka.

Ketergantungan Manusia pada AI

Ketergantungan yang meningkat pada teknologi AI menimbulkan kekhawatiran serius. Insiden seperti gangguan pada ChatGPT menunjukkan bagaimana banyak orang sekarang mengandalkan bot AI untuk menyelesaikan tugas sehari-hari. Ketika ChatGPT tidak berfungsi, banyak pengguna media sosial mengeluhkan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan AI.

Seorang pengguna media sosial menulis, “ChatGPT mati lagi? Jadi saya harus berpikir sendiri?”

Situasi ini mendorong para peneliti untuk mendesak tindakan preventif dari komunitas global. Jika AI tidak diatur dengan baik, ada risiko besar bagi umat manusia, termasuk kemungkinan kehilangan kendali atas teknologi yang telah diciptakan.

Meskipun kemajuan AI menawarkan peluang besar untuk kemajuan teknologi, hal ini juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar untuk memastikan AI tetap menjadi alat yang bermanfaat, bukan ancaman bagi kehidupan manusia.

Sumber Berita : https://thegazettengr.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *