
Pemerintah Jepang tengah mengevaluasi kemungkinan untuk memberikan perawatan medis kepada warga Jalur Gaza yang mengalami sakit dan luka. Pernyataan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Shigeru Ishiba dalam sesi parlemen yang berlangsung pada hari Senin, 3 Februari 2025. Ishiba menjelaskan bahwa pemerintahnya sedang menyusun kebijakan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan di Jalur Gaza. Selain itu, dia juga menambahkan bahwa kesempatan pendidikan dapat disediakan bagi warga Jalur Gaza, yang saat ini berada dalam situasi gencatan senjata yang rapuh dengan Israel.
Menanggapi pertanyaan dari seorang anggota parlemen mengenai kemungkinan mengadaptasi skema tahun 2017 yang memungkinkan pengungsi Suriah untuk menjadi mahasiswa, Ishiba mengungkapkan, “Kami sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan program serupa untuk Gaza dan pemerintah akan berusaha mewujudkan rencana ini,” seperti yang dilaporkan oleh CNA pada hari Selasa, 4 Februari. Hal ini menunjukkan komitmen Jepang untuk memberikan dukungan kepada warga yang terdampak konflik dan memperluas kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Berikan dukungan yang berkelanjutan

Langkah-langkah yang dibahas dalam parlemen ini berbeda dari kebijakan suaka utama Jepang, yang sering kali mendapat kritik karena rendahnya jumlah klaim yang disetujui. Pada tahun 2023, Jepang hanya menerima 1.310 orang yang mengajukan suaka, yang merupakan kurang dari 10 persen dari total 13.823 pelamar. Seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri Jepang yang bertanggung jawab atas program bantuan menjelaskan bahwa dalam kerangka yang berbeda, hingga akhir tahun lalu, Jepang telah mengakui 82 orang sebagai mahasiswa dari Suriah yang diakui sebagai pengungsi oleh badan pengungsi PBB. “Skema ini bertujuan untuk mendidik calon pemimpin masa depan Suriah sebagai bagian dari kebijakan bantuan luar negeri jangka panjang Jepang,” ungkap pejabat tersebut kepada AFP.
Dalam berita lain yang berkaitan dengan Jalur Gaza, otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa 50 pasien Palestina, termasuk 30 anak-anak penderita kanker beserta pendamping mereka, berhasil melintasi perbatasan Rafah yang dibuka menuju Mesir pada hari Sabtu (1/2). Ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari. Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengungkapkan bahwa setidaknya 6.000 pasien telah siap untuk dipindahkan dari wilayah tersebut, sementara lebih dari 12.000 orang sangat membutuhkan perawatan medis.
Sumber Berita : https://thegazettengr.com
Tinggalkan Balasan