Ribuan orang berdemonstrasi di depan gedung pengadilan federal di Philadelphia serta di gedung parlemen Michigan, Texas, Wisconsin, dan Indiana.

Protes terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump dimulai pada Rabu (5/2/2025). Ribuan orang berkumpul di luar gedung pengadilan federal di Philadelphia serta di gedung parlemen negara bagian di Michigan, Texas, Wisconsin, dan Indiana. Mereka mengangkat spanduk yang menyerukan penolakan terhadap tindakan Trump, Elon Musk, dan juga pemimpin baru Departemen Efisiensi Pemerintahan Trump. Salah satu spanduk yang terlihat di Philadelphia bertuliskan, “Demokrasi bukanlah olahraga tontonan! Lakukan sesuatu,” yang dikutip dari Japan Today, Kamis (6/2/2025).
Protes ini merupakan hasil dari gerakan yang telah direncanakan secara daring menggunakan tagar #buildtheresistance dan #50501, yang berarti 50 protes di 50 negara bagian dalam satu hari. Berbagai situs web dan akun media sosial mengeluarkan ajakan untuk bertindak, dengan pesan seperti “tolak fasisme” dan “pertahankan demokrasi kita.” Di Lansing, Michigan, sekitar 500 orang berkumpul meskipun cuaca sangat dingin. Mereka menyuarakan penolakan terhadap berbagai kebijakan, mulai dari rencana Trump untuk Gaza hingga pencabutan hak-hak transgender dan upaya deportasi terhadap imigran ilegal.
Catie Miglietti, seorang peserta dari Ann Arbor, mengungkapkan kekhawatirannya terkait akses Elon Musk terhadap data Departemen Keuangan. Ia membuat sebuah poster yang menggambarkan Musk mengendalikan Trump dengan tangan terentang, yang mengingatkan pada gerakan tangan Musk saat berpidato di bulan Januari yang dianggap sebagian orang sebagai penghormatan Nazi. “Jika kita tidak bertindak untuk menghentikannya dan mendorong Kongres untuk mengambil tindakan, itu akan menjadi serangan terhadap demokrasi,” ujarnya.

Kelsey Brianne, yang merupakan koordinator utama demonstrasi di Michigan, mengetahui tentang aksi protes tersebut pada malam Minggu dan telah mengatur pembicara serta protokol keselamatan. “Saya ingin mengenang masa ini dan mengatakan bahwa saya telah melakukan sesuatu dan tidak hanya berdiam diri,” ungkap Brianne menjelang protes. Dalam beberapa minggu pertama masa jabatannya, Trump telah menandatangani berbagai perintah eksekutif yang mencakup isu-isu mulai dari perdagangan dan imigrasi hingga perubahan iklim. Ketika Demokrat mulai mengekspresikan penolakan mereka terhadap agenda Trump, aksi protes pun mulai bermunculan.
Pada hari Minggu, ribuan orang berunjuk rasa menentang rencana Trump untuk melakukan deportasi besar-besaran di California Selatan. Di pusat kota Los Angeles, demonstrasi tersebut menyebabkan penutupan jalan bebas hambatan utama selama berjam-jam. Aksi ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintahan baru. Protes ini bukan hanya sekadar unjuk rasa, tetapi juga merupakan bentuk pernyataan tegas dari rakyat yang merasa terancam oleh kebijakan yang dinilai tidak adil.
Sumber Berita : https://thegazettengr.com
Tinggalkan Balasan